PT BESTPROFIT - Bank Indonesia (BI) merasa pergerakan nilai tukar rupiah ke depan masih bisa menguat. Namun, harus diakui bahwa gerak mata uang Garuda masih dibayang-bayangi berbagai risiko eksternal. Melihat dari sisi fundamental ekonomi domestik, bank sentral merasa sudah tidak ada alasan bagi rupiah untuk terus mengalah terhadap dolar AS. Mata uang Paman Sam, saat ini dianggap sudah semakin mahal (overvalue). BESTPROFIT "Kami lihat bahwa nilai tukar yang sekarang terlalu lemah kalau dibandingkan dengan fundamentalnya. [...] Dari sisi fundamental, mestinya ada ruang untuk apresiatif lagi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo. BEST PROFIT Benarkah demikian? Data BI menunjukan, aliran modal asing yang masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) dalam satu minggu terakhir mencapai Rp 6 triliun, yang menandakan pasar keuangan Indonesia masih menarik di tengah gejolak ekonomi global. BI memandang, hal ini tak lepas dari keputusan bank sentral menaikan suku bunga acuan yang bertujuan untuk menggairahkan kembali pasar keuangan Indonesia, di tengah ketidakpastian dinamika ekonomi global. PT BEST PROFIT
Selain itu, koordinasi antara pemerintah maupun otoritas terkait dalam upaya mendorong kinerja ekspor, pariwisata, dan kerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kepercayaan investor asing. Meski demikian, BI tak memungkiri, masih ada beberapa risiko yang masih menghantui pergerakan nilai tukar. Walaupun rupiah bergerak tak terlalu 'liar' dalam dua hari terakhir, mata uang Garuda hari ini kembali ke level Rp 14.400/US$. Pada hari ini, Kamis (12/7/2018), US$ 1 pada pembukaan pasar berada di level Rp 14.400/US$. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya, diterpa gejolak eskternal. BI pun menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga stabilitas dengan senantiasa hadir di pasar keuangan, dan tak segan-segan melakukan langkah stabilisasi apabila nilai tukar rupiah semakin terlempar jauh dari fundamentalnya. Sepanjang tahun ini, bank sentral mengaku telah menggelontorkan dana sekitar Rp 60,5 triliun yang terdiri dari Rp 42 triliun dari pasar primer dan Rp 18,5 triliun dari pasar sekunder. Ini adalah bagian dari upaya BI melakukan stabilisasi. Pada kuartal pertama tahun ini, volatilitas nilai tukar memang mencapai 6,6% atau lebihi tinggi dibandingkan periode sama sebelumnya. Namun, BI akan senantiasa menjaga volatilitas nilai tukar tetap berada di bawah 10%. "BI akan mengarahkan fokus kebijakan moneter itu untuk stabilitas ekonomi, khususnya dalam jangka pendek ini stabilitas," tegas Perry. Sumber : Detik
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWS
PT. BESTPROFIT FUTURES Archives
September 2022
|