BEST PROFIT - 'Tampang Boyolali', ungkapan itulah yang membuat daerah yang berada di kaki Gunung Merapi dan Merbabu ini ramai dibicarakan beberapa hari ke belakang. Apalagi, yang mengungkapkan kalimat tersebut adalah calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto saat berkunjung ke Kabupaten Boyolali. Dari ungkapannya itu, tidak sedikit orang Boyolali merasa kecewa karena secara langsung dianggap rendah, namun sebagian juga menganggap bahwa hal tersebut murni lelucuan. Namun, sebelum jauh terjebak oleh polemik 'Tampang Boyolali', simak sisi ekonomi daerah yang dipimpin oleh Seno Samudro sebagai Bupati Kabupaten Boyolali. BESTPROFIT Berdasarkan penelurusan detikFinancedi laman resmi Kabupaten Boyolali, Selasa (6/11/2019), Bupati Boyolali Seno Samudro mencanangkan program 'Boyolali Pro Investasi'. PT BESTPROFIT
Program tersebut membuatnya bergerak cepat agar cita-cita Boyolali sebagai daerah maju segera terwujud. Adapun, lima sektor potensi dan peluang investasi di sana yaitu, kawasan industri, sektor peternakan dan perikanan. Selanjutnya, sektor pertanian dan perkebunan, sektor pariwisata, dan yang terakhir sektor infrastruktur. PT BEST PROFIT Kawasan industri yang dimaksud terbagi dalam tiga kawasan yaitu industri besar, industri menengah dan industri kecil. Peruntukan industri besar berupa jenis industri permesinan, listrik, tekstil, alat angkutan, makanan, galian bukan logam, industri kayu, dan industri sejenis lainnya seluas kurang lebih 1.176 hektar. Sektor peternakan dan perikanan, Boyolali memiliki industri pengolahan susu yang berada di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, Boyolali, Musuk, dan Mojosongo. Populasi sapi perah sebanyak 88.430 ekor dengan produksi 46.906.493 liter per tahun, dengan rata-rata per hari 130.296 liter. Masih berdasarkan penelusuran detikFinance di laman resmi Kabupaten Boyolali, Selasa (6/11/2019), Boyolali memproduksi berbagai kerajinan tembaga dan aluminium yang merupakan salah satu produk unggulan. Industri kerajinan itu juga sudah turun temurun di Desa Tumang, Cepogo, kembangkuning, Cabeyan Kunti, Kecamatan Cepogo. Beberapa desa itu memiliki predikat penghasil kerajinan tembaga baik di tanah air maupun internasional. Produk yang dibuat diantaranya asbak, vas bunga, lampu, kendi, bokor, kap lampu, dan ornamen arsitektur. Produk-produk tersebut pun sudah diekspor ke Australia, Maroko, Amerika Serikat (AS), dan beberapa negara di Eropa. Berdasarkan penelusuran detikFinancedi laman resmi Kabupaten Boyolali, Selasa (6/11/2019), daerah yang dipimpin oleh Seno Samudro ini juga memproduksi makanan yang diolah dari ikan lele. Pengolahan ikan lele berada di Kecamatan Sawit dan Teras dengan produksi setiap harinya sebanyak 42 ton. Dari jumlah tersebut juga ada yang dibuat makanan olahan abon, keripik kulit, keripik sirip, hingga rambak. Jumlah produksi abon lele sebanyak 600 kilogram (kg) per bulan, keripik kulit lele 600 kg per bulan, keripik sirip lele 150 kg per bulan, rambak 150 kg per bulan dengan area pemasaran Jakarta, Surabaya, Batam, Surakarta, dan Salatiga. Pemerintah Kabupaten Boyolali menyediakan infrastruktur untuk lahan perluasan kawasan minapolitan berupa pengembangan budidaya lele di Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono, Desa Gumukrejo dan Doplang di Kecamatan Teras. Kemudian ada pengembangan budidaya ikan dan udang di Desa Cepokosawit Kecamatan Sawit serta pengembangan Kampung Lele di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit. Adapun rencana kapasitas anggaran investasi sebesar Rp 8,99 miliar yang diperuntukkan pembuatan infrastruktur jalan usaha tani, sumur artetis, saluran, gudang pakan, dan sarana pengembangan agribisnis lainnya. Sumber : Detik
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWS
PT. BESTPROFIT FUTURES Archives
September 2022
|