KH Mustofa Bisri alias Gus Mus menilai adanya puisi mengutip doa perang badar yang dibacakan oleh Neno Warisman pada 2 Februari lalu akibat sikap politik yang berlebih-lebihan. Karena sikap berlebih-lebihan itulah mereka kemudian lupa akan sejarah perang tersebut. BEST PROFIT
Menurut Gus Mus, doa perang badar dibaca Nabi Muhammad dalam keadaan kepepet atau terdesak. Di mana ketika itu Nabi Muhammad yang memimpin sekitar 300-an pasukan harus berhadapan dengan musuh yang berkekuatan seribu lebih. Ketika seribu pasukan itu bisa mengalahkan 300-an pasukan Nabi Muhammad, maka tak ada lagi yang menyembah Allah. Nah ini berbeda dengan Pemilu di Indonesia. "Pemilu itu lima tahunan dan hanya ada di Indonesia. Yang menyembah Allah itu tidak hanya di Indonesia, di Pakistan di India di Malaysia, di Saudi, di Mesir banyak yang menyembah Tuhan," kata Gus Mus saat Blak blakan dengan detikcom yang tayang Rabu, 6 Maret 2019. Pemimpin Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah yang telah menerbitkan beberapa buku puisi itu enggan memberikan penilaiaan atas puisi doa Perang Badar yang disampaikan Neno. Dia mempersilakan jika ada yang menilai itu merupakan karya sastra. Baca juga: Ulama Diseret ke Politik, Gus Mus: Ulama Menurut Siapa? Mantan Ketum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii) sebelumnya mengkritik puisi Neno. Menurut dia doa dalam bentuk puisi yang dipanjatkan Neno dengan membawa nama tuhan ke ranah pemilu tak tepat. Apa yang dilakukan Neno, bagi Buya Syafii, adalah perbuatan biadab. Neno yang juga Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengaku tak mau mendengar anggapan puisinya biadab. Dia menyatakan dirinya hanya mendengar hal-hal yang baik. "Nggak, aku nggak mau dengar. Aku hanya mendengar hal-hal yang baik, yang positif gitu," kata Neno. Sumber: Detik
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWS
PT. BESTPROFIT FUTURES Archives
September 2022
|