PT BESTPROFIT - Upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggenjot geliat perekonomian agar mencapai 5,4% tahun ini menjadi semakin berat setelah realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari Senin (7/5/2018) hanya sekitar 5,06%. Capaian tersebut berada jauh di bawah konsensus ekonom yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,18%. BESTPROFIT Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak memungkiri realisasi pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama tahun ini memang kurang memuaskan. Meskipun lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu, pemerintah tetap butuh upaya lebih untuk mencapai angka 5,4% yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. BEST PROFIT "Ya [untuk mencapai angka 5,4%] memang perlu perjuangan," kata Darmin saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/5/2018) malam. PT BEST PROFIT Menurut Darmin, dinamika yang terjadi pada sektor pertanian menjadi salah satu penyebab utama perekonomian nasional hanya tumbuh 5,06%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ini hanya tumbuh 3,14% atau jauh dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 7,15%.
Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, sektor ini merupakan kontributor terbesar kedua dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) dengan pangsa 13,26%, atau hanya kalah dari sektor industri. "Saya bilang, bahwa panen kita tahun ini bergeser dan ini akan mengurangi pertumbuhan," kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu. Konsumsi Rumah Tangga Tak Lagi Jadi Andalan Selain dari sisi sektoral, eks Direktur Jenderal Pajak itu pun menyoroti dari sisi pengeluaran, salah satunya adalah konsumsi rumah tangga. Pada tiga bulan pertama tahun ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat 4,95%, atau naik tipis dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 4,94%. Darmin memandang, upaya mengakselerasi perekonomian sudah tidak bisa lagi mengandalkan konsumsi rumah tangga, meskipun saat ini komponen tersebut masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi dengan sumbangsih 56,8%. "Memang [pertumbuhan konsumsi rumah tangga] itu di level sekitar situ [di bawah 5%]. Jangan diharapkan lagi seperti 2010 - 2011," katanya. Menurut dia, perkembangan zaman telah membuat pola konsumsi masyarakat bergeser, dari yang biasanya konsumtif menjadi lebih berhati-hati. Perilaku masyakat yang memilih menabung dan berinvestasi, sambung Darmin, sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. "Dia [masyarakat] nabung buat jalan-jalan. Jadi, pertumbuhan konsumsi tidak reguler seperti itu. Dia pakai itu, dan tertangkap dalam data konsumsi tapi di tahun berikutnya," jelasnya. Maka dari itu, investasi dan meningkatkan kinerja ekspor nasional menjadi satu-satunya harapan untuk kembali menggairahkan perekonomian nasional. Jika kedua sektor tersebut digenjot dan diharapkan dapat meminimalisir perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sumber : Detik
0 Comments
Leave a Reply. |
BPF NEWS
PT. BESTPROFIT FUTURES Archives
September 2022
|